Syarat Kalimat Santun dan Cermat
Dalam komunikasi, ketersampaian pesan merupakan poin penting yang menjadi tujuan utama. Selain itu, menjaga hubungan baik antara pembicara dan pendengar juga perlu diperhatikan. Dengan kata lain, selain menyampaikan pesan tertentu kita juga harus saling menjaga perasaan dalam berbicara. Selain menggunakan kalimat yang komunikatif, kita juga harus menggunakan kalimat yang cermat dan santun dalam berkomunikasi. Jika kalimat komunikatif dibutuhkan agar komunikasi berlangsung efektif, kalimat yang cermat dan santun dibutuhkan agar komunikasi berlangsung dengan baik dan sesuai rencana sehingga dihasilkan hubungan yang harmonis. Pada pembahasan sebelumnya, kita telah mempelajari syarat-syarat kalimat komunikatif. Pada kesempatan ini, kita akan membahas kriteria-kriteria yang harus dipenuhi agar sebuah kalimat tergolong kalimat yang cermat dan santun. Melalui pembahasan ini, diharapkan murid dapat mengetahui syarat-syarat kalimat santun sehingga dapat berbicara dengan sopan menggunakan kalimat-kalimat yang santun.

#1 Menggunakan Konotasi yang Baik
Kriteria pertama yang harus dipertimbangkan agar memperoleh kalimat yang santun adalah penggunaa konotasi. Untuk memperoleh kalimat yang santun, kita harus cermat dalam memilih kata atau diksi yang tepat yaitu dengan cara memperhatikan konotasi kata apakah konotasi tersebut terdengar sopan atau tidak.
Kata-kata yang berkonotasi baik dan sopan antara lain istri, asisten, gaji, hamil, tunawisma, dan sebagainya. Sedangkan kata-kata yang berkonotasi tidak baik dan kurang sopan antara lain bini, pembantu, upah, bunting, gelandangan, dan sebagainya.
#2 Menghindari kalimat yang Ambigu
Kalimat ambigu adalah kalimat yang bermakna ganda sehingga menimbulkan kebingungan dan dapat menyebabkan kesalahpahaman. Makna ganda biasanya timbul karena penggunaan kata atau jeda yang tidak tepat. Agar suatu kalimat tergolong kalimat cermat dan santun, maka kalimat tersebut tidak boleh bermakna ganda.
Agar tidak bermakna ganda, maka kita harus cermat dalam memilih kata dan menggunakan jeda. Penggunaan jeda yang salah dapat menimbulkan makna kalimat yang berbeda sehingga dapat mengurangi nilai rasa dari kalimat tersebut. Agar tidak timbul makna ganda, maka penulisan harus dilafalkan dengan jeda dan intonasi yang jelas.
#3 Menggunakan Kata Acuan yang Tepat
Kalimat yang cermat dan santun dapat diperoleh dengan penggunaan kata acuan yang tepat. Dengan menggunakan kata acuan yang tepat, maka kesalahan dalam penafsiran dapat kita hindari. Dengan demikian, informasi yang ingin disampaikan dapat diterima oleh pendengar dan memiliki nilai rasa yang santun.
Kalimat yang menggunakan kata acuan tidak tepat akan menimbulkan kebingungan karena terkesan ambigu. Akibatnya, maksud yang ditangkap oleh pendengar belum tentu sama dengan maksud yang ingin disampaikan oleh pembicara. Dengan kata lain, kalimat tersebut mengandung beberapa kemungkinan.
Dari ketiga contoh kalimat di atas, kalimat pertama merupakan kalimat yang menggunakan kata acuan tidak tepat yaitu daerah bebas parkir. Kalimat pertama menimbulkan kebingungan karena ada dua kemungkinan maknanya. Agar lebih jelas maksudnya, maka kalimat pertama dapat diganti dengan kalimat kedua atau ketiga sesuai dengan maksud yang diinginkan.
#4 Memperhatikan Situasi Kebahasaan
Kriteria selanjutnya yang juga harus diperhatikan oleh pembicara agar memperoleh kalimat yang cermat dan santun adalah situasi kebahasaan. Situasi kebahasaan dapat diamati melalui gerak-gerik pembicara. Saat berkomunikasi sebaiknya pembicara tidak menggunakan gerak-gerik yang berlawanan dengan makna kalimat dan terkesan kurang santun.

Syarat-syarat Kalimat Santun
Kalimat yang cermat dan santun adalah kalimat yang tepat dalam pemilihan kata atau diksi. Dalam pemilihan kata atau diksi yang tepat, ada beberapa poin penting yang harus diperhatikan, yaitu menggunakan konotasi yang baik, menghindari kalimat yang ambigu, menggunakan kata acuan yang tepat, dan memperhatikan situasi kebahasaan.#1 Menggunakan Konotasi yang Baik
Baca Juga
Penggunaan konotasi yang baik untuk menimbulkan kesan sopan berkaitan dengan nilai rasa dari makna suatu kata. Nilai rasa ini dpengaruhi oleh beberapa faktor seperti budaya, lokasi, masa, konteks kalimat, dan sebagainya. Adakalanya konotasi yang baik terdengar tidak sopan dalam konteks kalimat tertentu yang berbeda penerapannya.
Suatu kalimat akan bernilai santun jika kita menggunakan kata-kata yang berkonotasi baik secara umum dan menghindari penggunaan kata-kata berkonotasi tidak baik yang dapat menyinggung perasaan.
Kata-kata yang berkonotasi baik dan sopan antara lain istri, asisten, gaji, hamil, tunawisma, dan sebagainya. Sedangkan kata-kata yang berkonotasi tidak baik dan kurang sopan antara lain bini, pembantu, upah, bunting, gelandangan, dan sebagainya.
Konotasi Baik | Konotasi tidak Baik |
Andre menjemput istrinya ke lokasi kerja | Andre menjemput bininya ke lokasi kerja |
Dian bekerja sebagai asisten rumah tangga di kota | Dian bekerja sebagai pembantu rumah tangga di kota |
Setiap awal bulan, Rina bertugas mengirim gaji pegawai | Setiap awal bulan, Rina bertugas mengirim upah pegawai |
Dea mengurangi aktivitas karena sedang hamil | Dea mengurangi aktivitas karena sedang bunting |
Karena kehabisan modal, pria itu menjadi tunawisma di Jakarta | Karena kehabisan modal, pria itu menjadi gelandangan di Jakarta |
#2 Menghindari kalimat yang Ambigu
Kalimat ambigu adalah kalimat yang bermakna ganda sehingga menimbulkan kebingungan dan dapat menyebabkan kesalahpahaman. Makna ganda biasanya timbul karena penggunaan kata atau jeda yang tidak tepat. Agar suatu kalimat tergolong kalimat cermat dan santun, maka kalimat tersebut tidak boleh bermakna ganda.
Agar tidak bermakna ganda, maka kita harus cermat dalam memilih kata dan menggunakan jeda. Penggunaan jeda yang salah dapat menimbulkan makna kalimat yang berbeda sehingga dapat mengurangi nilai rasa dari kalimat tersebut. Agar tidak timbul makna ganda, maka penulisan harus dilafalkan dengan jeda dan intonasi yang jelas.
Kalimat Ambigu | Makna |
Pemimpin perusahaan itu sudah tidak beruang | Tidak memiliki ruang |
Tidak mempunyai uang | |
Demi kamu/ anjing Dani akan dipindahkan ke hutan | Pemindahan anjing dilakukan demi kamu |
Demi kamu anjing/ Dani akan dipindahkan ke hutan | Dani dipindahkan demi kamu/ menganggap kamu anjing |
#3 Menggunakan Kata Acuan yang Tepat
Kalimat yang cermat dan santun dapat diperoleh dengan penggunaan kata acuan yang tepat. Dengan menggunakan kata acuan yang tepat, maka kesalahan dalam penafsiran dapat kita hindari. Dengan demikian, informasi yang ingin disampaikan dapat diterima oleh pendengar dan memiliki nilai rasa yang santun.
Kalimat yang menggunakan kata acuan tidak tepat akan menimbulkan kebingungan karena terkesan ambigu. Akibatnya, maksud yang ditangkap oleh pendengar belum tentu sama dengan maksud yang ingin disampaikan oleh pembicara. Dengan kata lain, kalimat tersebut mengandung beberapa kemungkinan.
Penggunaan Kata Acuan | Makna |
Anda memasuki kawasan bebas parkir/ | Boleh parkir sesukanya di daerah itu |
Tidak boleh parkir di daerah itu | |
Area ini adalah tempat parkir | Boleh parkir di tempat itu |
Dilarang parkir di sini | Tidak boleh parkir di tempat itu |
Dari ketiga contoh kalimat di atas, kalimat pertama merupakan kalimat yang menggunakan kata acuan tidak tepat yaitu daerah bebas parkir. Kalimat pertama menimbulkan kebingungan karena ada dua kemungkinan maknanya. Agar lebih jelas maksudnya, maka kalimat pertama dapat diganti dengan kalimat kedua atau ketiga sesuai dengan maksud yang diinginkan.
#4 Memperhatikan Situasi Kebahasaan
Kriteria selanjutnya yang juga harus diperhatikan oleh pembicara agar memperoleh kalimat yang cermat dan santun adalah situasi kebahasaan. Situasi kebahasaan dapat diamati melalui gerak-gerik pembicara. Saat berkomunikasi sebaiknya pembicara tidak menggunakan gerak-gerik yang berlawanan dengan makna kalimat dan terkesan kurang santun.
Tags:
basindo