Contoh Soal Membandingkan Unsur Ekstrinsik Novel Indonesia dan Terjemahan

Contoh Soal Membandingkan Unsur Ekstrinsik Novel Indonesia dan Terjemahan Novel adalah salah satu karya sastra yang berbentuk prosa. Novel berisi kisah hidup tokoh-tokoh di dalamnya dengan segala konflik yang dialaminya. Novel memiliki isi yang lebih panjang daripada cerpen sehingga membaca novel tidak dapat dilakukan hanya dalam satu kali duduk. Selain itu, konflik yang dialami tokoh dalam novel lebih banyak dan rumit daripada cerpen sehingga konflik di dalamnya cenderung menyebabkan perubahan nasib tokoh-tokohnya.
      Berdasarkan asal pengarang dan bahasa yang digunakan, novel dapat dibedakan menjadi novel asli suatu negara dan novel hasil terjemahan. Di Indonesia, dikenal novel Indonesia dan novel terjemahan. Novel Indonesia adalah novel yang dikarang oleh pengarang berkebangsaan Indonesia atau novel yang ditulis dalam bahasa Indonesia. Misalnya, novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli atau Laskar Pelangi karangan Andrea Hirata.
      Ada pun novel terjemahan adalah novel yang ditulis dalam bahasa asing oleh pengarang berkebangsaan asing yang telah dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia. Novel terjemahan yang ada di Indonesia biasanya berasal dari bahasa Inggris, Arab, Jepang, Perancis, dan lain-lain. Novel terjemahan memungkinkan pembaca di Indonesia mengenali karya sastra yang berasal dari negara lain. Dengan demikian, pembaca dapat memahami kebudayaan negara lain sebagaimana tercermin di dalam novel tersebut.
      Sebagai suatu karya sastra, novel (baik novel Indonesia maupun novel terjemahan) terdiri atas unsur-unsur yang membangun keseluruhan cerita. Unsur-unsur yang membangun cerita dari dalam novel itu sendiri disebut dengan unsur intrinsik, sedangkan unsur-unsur yang membangun cerita dari luar novel disebut dengan unsur ekstrinsik.
      Unsur ekstrinsik novel terdiri atas beberapa aspek berikut ini.
1. Biografi Pengarang
      Biografi pengarang adalah latar belakang hidup pengarang novel. Kehidupan pengarang akan berpengaruh pada novel yang dia tulis. Biografi pengarang mencakup daerah asal pengarang, kehidupan keluarga, agama, pandangan hidup, profesi, dan segala hal yang berkaitan dengan kehidupan pengarang.
2. Kondisi Masyarakat
      Kondisi masyarakat adalah keadaan masyarakat setempat saat novel ditulis oleh pengarang. Kondisi masyarakat yang disebabkan banyak faktor, seperti kondisi sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya, akan mempengaruhi cerita yang ditulis oleh seorang pengarang novel.
3. Nilai-Nilai dalam Cerita
      Nilai-nilai cerita adalah nilai-nilai yang disisipkan pengarang novel dalam karya yang ditulisnya. Nilai-nilai cerita mencakup berbagai aspek, yaitu moral, sosial, budaya, agama, politik, ekonomi, seni, dan lain-lain.
      Dengan memperhatikan unsur ekstrinsik tersebut, pembaca dapat mengetahui hal-hal di luar novel yang mempengaruhi isi cerita novel tersebut. Setiap novel memiliki unsur ekstrinsik yang berbeda-beda. Begitu pula dengan novel Indonesia dan novel terjemahan, keduanya akan dibangun oleh unsur ekstrinsik yang berbeda. Hal tersebut utamanya disebabkan perbedaan latar belakang geografis, sosial, dan budaya di satu negara dengan negara lain.
      Dengan demikian, saat membaca novel Indonesia dan novel terjemahan, pembaca dapat membandingkan unsur ektrinsik di kedua novel tersebut. Membandingkan unsur ektrinsik kedua novel dapat dilakukan dengan memperhatikan langkah-langkah berikut.
  1. Membaca novel Indonesia dan novel terjemahan secara saksama;
  2. Memperhatikan biografi pengarang kedua novel dan mencatat hal-hal menarik yang berpengaruh terhadap isi cerita;
  3. Bila memungkinkan, mencari tahu kondisi masyarakat di daerah atau negara asal pengarang saat novel tersebut ditulis;
  4. Memperhatikan dan mencatat nilai-nilai yang disisipkan pengarang dalam novelnya yang meliputi nilai moral, sosial, budaya, agama, politik, dan sebagainya;
  5. Membandingkan persamaan dan perbedaan kedua novel yang dipengaruhi oleh unsur-unsur ekstrinsik tersebut.
      Sebagai contoh, perhatikan kutipan novel Indonesia dan novel terjemahan berikut ini serta perbandingan unsur ekstrinsik keduanya!
Novel Indonesia
Novel Terjemahan
Perbandingan
      Di atas merupakan kutipan novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, seorang novelis Indonesia dan novel To Kill A Mockingbirdkarya Harper Lee, seorang novelis berkebangsaan Amerika Serikat. Pada novel Laskar Pelangi terdapat tokoh Pak Harpan, seorang guru di sekolah Muhammadiyah. Di dalamnya juga terdapat penyebutan nama-nama seperti Zubair bin Awam, Rasulullah, K.H. Abdul Hamid, dan Ibrahim yang merupakan nama-nama yang identik dengan agama Islam.Selain itu diceritakan pula mengenai pendirian sekolah Muhammadiyah dan sekilas sejarah Rasulullah yang tiba di Madinah. Hal tersebut menunjukkan bahwa novel Laskar Pelangi kental dengan unsur-unsur keagamaan Islam sebagai unsur ektrinsiknya. Unsur tersebut mempengaruhi cerita dalam novel karena pengarangnya, Andrea Hirata, adalah seorang Muslim.
      Berbeda dengan novel To Kill A Mockingbird yang ditulis Harper Lee. Di dalamnya terdapat nama-nama tokoh seperti Andrew Jackson dan Simon Fich yang tidak identik dengan agama mana pun, namun menunjukkan bahwa keduanya bukanlah nama-nama orang Indonesia. Di dalam novel tersebut diceritakan sejarah pertempuran Hastings yang terjadi di Inggris pada abad ke-17. Selain itu, di dalamnya juga disebutkan tokoh Simon Finch yang mendukung kaum Metodis. Kaum Metodis adalah salah satu kelompok gereja Kristen. Dengan demikian, sejarah Inggris dan agama Kristen menjadi unsur ekstrinsik yang muncul dalam novel tersebut.

Contoh Soal Membandingkan Unsur Ekstrinsik Novel Indonesia dan Terjemahan

Bacalah kutipan novel berikut dengan saksama!
Fuadah mendapati dirinya berjalan di Jalan Nil. Kegelapan yang pekat menyelimuti permukaan air Sungai Nil. Sinar-sinar lampu yang bulat terpantul di kedua sisinya. Sungai Nil saat merayap dalam kegelapan tampak panjang dan ramping. Seperti tubuh seorang wanita yang genit dengan pakaian berwarna hitam, tanda berkabung bagi seorang suami yang dibencinya. Di kedua sisi selendang hitamnya ia tebarkan biji-biji mutiara palsu.
Fuadah memandang ke sekelilingnya. Dalam kegelapan, segala sesuatu tampak bagaikan wanita genit yang penuh kepalsuan. Demikian pula pintu restoran kecil yang di atasnya penuh dengan taburan lampu berwarna-warni yang berharga murah, yang menyinari sekelilingnya dan membuat bayang-bayang aneh seperti tubuh. Ia melewati pintu itu tanpa memasukinya.
(Kabar dari Penjara, Nawal el-Saadawi)
Berdasarkan kutipan novel di atas, negara yang digambarkan adalah ....
Bacalah kutipan novel berikut dengan saksama!
Keluarga Anderson—ibu, dua anak laki-laki, dan dua anak perempuan—tinggal di lingkungan yang sebagian besar orang kulit hitam di Los Angeles, daerah berbahaya yang tanpa harapan yang sering kali terjadi kekerasan, terutama pada malam Minggu dan paling sering pada malam-malam yang panas di musim panas. Tak terbayangkan jauhnya dari kerlip-kerlip dan daya tarik Hollywood dan garis pantai yang amat indah ke arah Barat. Akeelah adalah adalah siswa Sekolah Menengah Crenshaw, lembaga tak terurus yang tembok-temboknya dipenuhi grafiti geng. Ada pipa yang seharusnya terpasang rapat, menjuntai di dalam kamar mandi yang pernah ada bak cucinya. Anak-anak Afrika-Amerika dan keturunan latin berjejal-jejal di dalam ruang-ruang kelas yang melimpah, berteriak-teriak, saling memaki, saling dorong, dan tidak memerhatikan guru-guru yang memohon mereka untuk tenang dan duduk di kursi mereka. Para guru, sebagian besar, diterima tetapi tidak dipatuhi. Pada usia sepuluh, sebelas, dan dua belas, banyak siswa di Crenshaw sudah membenci bentuk-bentuk kedisiplinan yang diberlakukan dan menentangnya dengan kemarahan dan akal-akalan murahan.
(Akeelah, James W. Ellison)
Aspek yang digambarkan dalam kutipan novel terjemahan di atas adalah ....
Bacalah kutipan novel berikut dengan saksama!
Malam terang. Langit bersih tak tersaput awan. Bintang tumpah mengukir angkasa, membentuk ribuan formasi. Angin malam membelai rambut. Lembut. Menyenangkan. Menelisik, bernyanyi di sela-sela kuping. Gema takbir memenuhi jalan.
Malam ini: karnaval hari raya!
Kesenangan melingkupi kota kami. Beduk digebuk bertalu-talu. Dalam irama rupa-rupa. Sedikit kasidahan. Menyerupai orkes Melayu. Dangdut sedikit nge-rock juga ada. Bukankah tidak ada standar baku dalam urusan menabuh beduk takbiran? Bahkan di masjid sebelah rumah, pakai gaya jazz full-swing segala.
(Rembulan Tenggelam di Wajahmu, Tere Liye)
Nilai budaya yang digambarkan dalam kutipan novel di atas adalah ....
Bacalah kutipan novel berikut dengan saksama!
“Abaikan saja,” kata Heiko. Pohon ceri berjajar di pinggir jalan yang mereka lalui. Pada musim semi, pepohonan itu akan penuh dengan bunga mekar yang sering diungkapkan dalam lukisan dan puisi selama berabadabad. Kini, pohon-pohn itu menghitam dan rontok. Tetapi, bukankah mereka tetap saja indah? Heiko berhenti untuk mengagumi sebatang ranting telanjang yang menarik matanya. Salju pagi yang melapisnya hampir meleleh semuanya, meninggalkan titik-titik embun sedingin es. Hanya beberapa serpih salju yang tersisa di pangkal batang. Beberapa saat lagi, Heiko akan meneruskan perjalanannya. Matahari akan menyinari batang pohon yang kini masih tertutup bayang. Jauh sebelum dia sampai ke tujuan, serpih-serpih salju ini akan meleleh hilang. Pikiran itu membuat dada Heiko sesak. Air mata menggenang di matanya. Namu Amida Butsu, Namu Amida Butsu, Namu Amida Butsu. Terpujilah Buddha penuh kasih yang membebaskan semua yang menderita. Heiko menarik napas panjang dan mencegah air matanya. Jatuh cinta benar-benar menyakitkan.
(Samurai Kastel Awan Burung Gereja, Takashi Matsuoka)
Unsur yang menunjukkan bahwa cerita tersebut tidak terjadi di Indonesia adalah ....
Bacalah kutipan novel berikut ini dengan saksama!
Si bocah terkejut dengan pikiran-pikirannya. Mungkin karena gereja itu, dengan pohon sikamor yang tumbuh di dalamnya, ada hantunya. Itulah yang telah membuatnya bermimpi yang sama dua kali, dan menyebabkan dia merasa geram terhadap kawan-kawan setianya. Dia minum sedikit dari anggur sisa makan malamnya kemarin, dan merapatkan jaket ke badannya. Dia tahu bahwa beberapa jam lagi dari sekarang, dengan matahari di titik puncak, panasnya akan sangat terik sehingga dia tidak akan sanggup membimbing kawanan domba itu melewati padang. Itu adalah saat segenap warga Spanyol tidur selama musim panas. Panasnya teror berlanjut sampai malam tiba, jadi sepanjang waktu itu dia harus membawa-bawa jaketnya. Tapi ketika dia ingin mengeluh tentang beratnya jaket tadi, dia ingat, karena dia punya jaketlah maka dia kuat menahan dinginnya pagi.
(Sang Alkemis, Paulo Celho)
Nilai budaya dalam kutipan novel di atas adalah ....
Bacalah kutipan novel berikut dengan saksama!
Baba menghabiskan birnya dalam tiga tegukan dan memesan satu gelas lagi. Saat aku baru memaksa diriku menghabiskan seperempat gelas, Baba telah menghabiskan tiga gelas bir. Saat itu dia telah membelikan segelas scotch untuk Pak Tua itu dan satu buah pitcher Budweiser pada empat pria yang sedang bermain biliar. Pria-pria itu menjabat tangannya dan menepuk punggungnya. Mereka minum untuknya. Seseorang menyalakan rokok yang akan diisapnya. Baba melonggarkan dasinya dan memberikan segenggam koin 25 sen kepada si Pak Tua dan menunjuk ke arah jukebox. “Bilang padanya untuk memainkan lagu kesukaannya,” katanya padaku. Pak Tua mengangguk dan memberi hormat pada Baba. Beberapa saat kemudian, musik country membahana dan hanya dengan begitu, Baba telah menyelenggarakan sebuah pesta.
(The Kite Runner, Khaled Hosseini)
Kebiasaan yang bukan merupakan budaya Indonesia dalam kutipan novel terjemahan tersebut adalah ....
Bacalah kutipan novel berikut dengan saksama!
Tempat kami tidak besar dan sederhana dibandingkan kafe-kafe lain di Jakarta. Namun di sini, setiap inci dipersiapkan dengan intensitas. Ben memilih setiap kursi dan meja—yang semuanya berbeda—dengan mengetesnya satu-satu, paling tidak seperempat jam per barang. Ia mencobanya sambil menghirup kopi, dan merasa-rasa dengan instingnya, apakah furnitur itu cukup “sejiwa” dengan pengalaman minum kopi. Begitu juga dengan gelas, cangkir, bush kettle, poci, dan lain-lain. Tidak ada yang tidak melalui tes kompatibilitas Ben terlebih dahulu. Dengan ia menjadi pusat, dikelilingi mereka yang duduk di susunan rapat meja-kursi beraneka model, aku seolah menyaksikan sebuah perhelatan pribadi. Pesta minum kopi, kecil dan akrab, dengan Ben sebagai tuan rumah.
Tapi, yang benar-benar membuat tempat ini istimewa adalah pengalaman ngopi-ngopi yang diciptakan Ben. Ia tidak sekadar meramu, mengecap rasa, tapi juga merenungkan kopi yang ia buat. Ben menarik arti, membuat analogi, hingga terciptalah satu filosofi untuk setiap jenis ramuan kopi.
(Filosofi Kopi, Dewi Lestari)
Unsur ekstrinsik yang sesuai dengan kutipan novel di atas adalah ....
Bacalah kutipan novel berikut dengan saksama!
Di sebuah perkampungan, tinggallah dua pemuda yang sifatnya amat berbeda. Adalah Kacak, mamaknya adalah seorang kepala desa yang kaya raya. Karena hal itu, Kacak menjadi pemuda yang amat sombong, dan paling tidak suka melihat orang bahagia. Berbeda dengan Midun. Dia rendah hati, ramah, baik, taat agama, dan juga pintar silat. Karena hal itulah penduduk desa sangat membenci sifat Kacak dan mereka lebih menyenangi Midun.
Kacak amat iri dan dengki melihat Midun banyak disenangi warga di kampungnya. Kacak senang mencari gara-gara pada Midun. Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba menantang Midun berkelahi. Namun Midun sama sekali tidak mau menanggapinya. Karena ilmu silat yang dia pelajari dari Haji Abbas hanya digunakan untuk membela diri atau melindungi orang saja.
Suatu hari istri Kacak terjatuh dalam sungai. Dan hampir saja lenyap dibawa arus. Untunglah Midun sedang berada dekat tempat kejadian itu. Dengan sigap Midun menolong istri Kacak itu. Kacak yang cemburu melihat Midun menggendong istrinya yang pada waktu itu dalam keadaaan telanjang malah menfitnah Midun dan mengajaknya berkelahi. Waktu itu Midun menanggapi tantangan itu. Dalam perkelahian itu Midun yang menang. Karena kalah, Kacak menjadi semakin marah pada Midun. Kacak melaporkan semuanya pada Tuanku Laras. Kacak memfitnah Midun waktu itu, rupanya Tuanku Laras percaya dengan tuduhan Kacak itu. Midun mendapat hukuman dari Tuanku Laras.
(Sengsara Membawa Nikmat, Tulis Sutan Sati)
Nilai moral yang melandasi kutipan novel di atas ....
Bacalah kutipan novel berikut dengan saksama!
Pada suatu kali, seorang pemain pedang pengembara bernama Arima Kihei menaikkan panji-panji berhias emas, dan menyatakan siap melawan siapa saja penantang dari kampung itu. Takezo berhasil membunuh orang itu tanpa kesukaran, dan mendapat pujian dari orang-orang kampung atas keberaniannya. Namun penghargaan itu singkat saja umurnya, karena bersamaan dengan bertambahnya umur, ia pun jadi semakin tak dapat dikendalikan dan brutal. Banyak orang yang menganggapnya sadis, dan apabila ia muncul di suatu tempat, orang pun segera menyingkir. Sikap Takezo terhadap mereka semakin menjelaskan sikap dingin mereka terhadapnya.

Ketika ayahnya yang tetap keras dan kasar akhirnya meninggal, unsur kejam di dalam diri Takezo lebih membesar lagi. Kalau tidak karena kakak perempuannya, Ogin, Takezo barangkali sudah lebih tak bisa dikendalikan lagi dan telah diusir dari kampung oleh penduduk yang marah. Untunglah ia menyayangi kakaknya, dan karena tak tahan melihat air mata kakaknya, biasanya ia pun melakukan apa saja yang diminta kakaknya.
(Mushashi, Eiji Yoshikawa)
Nilai moral yang sesuai dengan kutipan novel di atas adalah ....
Bacalah kutipan novel berikut dengan saksama!
Di luar ruang ini, kekuatan perkasa militer bangsa-bangsa asing mengepung Jepang. Kapal-kapal perang raksasa bertenaga uap milik Amerika, Inggris, Perancis, dan Rusia sekarang dengan bebas memasuki pelabuhan-pelabuhan Jepang. Di atas kapal-kapal itu, ada meriam yang dapat melontarkan peluru sebesar pria dewasa jauh melewati pantai, bahkan melampaui pegunungan dan hutan-hutan di pedalaman, dan menghancurkan pasukan yang bersembunyi sebelum mereka cukup dekat untuk mengetahui siapa yang membunuh mereka. Lautan yang memisahkan kepulauan Jepang dari bagian lain dunia tidak lagi menjadi pertahanan. Angkatan laut pihak luar memiliki ratusan kapal pembawa meriam yang menyemburkan asap seperti itu, dan kapal-¬kapal itu tidak hanya mampu membombardir dari lnuh. Dari daratan yang jauh, mereka dapat mem¬bawa puluhan ribu pasukan yang dipersenjatai de¬ngan lebih banyak meriam, dan juga senapan, dan mendaratkan mereka di pantai Jepang dalam beberapa bulan saja. Namun, di ruangan ini, di menara tertinggi Kastel Awan Burung Gereja, Jepang kuno tetap hidup. Ia bisa berpura-pura, setidaknya untuk sesaat, inilah dunia seutuhnya.
(Samurai Jembatan Musim Gugur, Takashi Matsuoka)
Peristiwa yang melatarbelakangi kutipan novel di atas adalah ....
Jeger
Jeger
Suka Berbagi, Suka Belajar, Juga Suka Kamu, Iya Kamu!
Link copied to clipboard.